Belajar Tauhid Asma wash Shifaat

bercandasaja | AQIDAH (al Wajiz fi aqidah ahlis sunnah wal Jamaah)
*TAUHID ASMA WA SHIFAT (bagian 2)*

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa Allah
*Yang Awal,* yaitu yang telah ada sebelum segala sesuatu ada;

*Yang Akhir,* yaitu yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah;

*Yang Zhahir,* yakni tiada di atas-Nya suatu  apa pun; dan

*Yang Batin,* yakni tiada suatu apa pun yang menghalangi-Nya.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al-Hadiid: 3)

⭕Sebagaimana Dzat-Nya tidak menyerupai dzat-dzat yang lain, demikian
juga Sifat-Sifat-Nya tidak menyerupai sifat-sifat (makhluk-Nya).

Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada yang
sebanding dengan-Nya, dan Dia tidak boleh dianalogikan dengan ciptaanNya.

Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah benar-benar menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan Allah untuk diri-Nya dengan penetapan tanpa
tamtsil dan menyucikan tanpa ta’thil. Jadi, ketika mereka menetapkan bagi Allah apa yang ditetapkan Allah untuk diri-Nya, mereka tidak men-tamtsil.
Begitu pula jika menyucikan-Nya, mereka tidak men-ta’thil sifat-sifat-Nya yang telah Allah sifatkan untuk diri-Nya.[1]

⭕Bahwasanya Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Pencipta segala sesuatu, dan Maha Pemberi rizki semua yang hidup.

Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan
kamu rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Mulk:14)

Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rizki, Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh.
(QS. Adz-Dzaariyaat: 58)

⭕Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani bahwa Allah Ta’ala itu ber-istiwa’[2] di atas ‘Arsy yang berada di atas langit yang ketujuh, terpisah dari makhluk-Nya, namun mengetahui segala sesuatu,
seperti yang Allah firmankan tentang diri-Nya dalam Kitab-Nya yang mulia dalam tujuh ayat tanpa menjelaskan kaifiyyah-Nya.[3]

Rabb Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy.‛(QS. Thaahaa: 5).[4]

.... Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy....(QS. Al-Hadiid: 4)

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang  di langit bahwa Dia akan
menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu
bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa
Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui
bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?(QS. Al-Mulk: 16-17)       

....Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih
dinaikkan-Nya....(QS. Faathir: 10)

Mereka takut kepada Rabb mereka yang di atas mereka....(QS. An-Nahl: 50)

Nabi bersabda:

Tidakkah kalian percaya kepadaku, sedang aku adalah orang kepercayaan Dzat yang ada di atas langit?

HR. Al-Bukhari (no. 4251) dan Muslim (no. 1164 (144)) dari Sahabat Abu Sa’id alKhudri

*CATATAN KAKI*

[1]Tidak boleh sama sekali seseorang berkhayal baik tentang kaifiyyah Dzat Allah maupun sifat-Nya.

[2]Ber-istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy dan al-‘Uluuw (Maha Tinggi) adalah dua sifat yang kita tetapkan bagi Allah Ta’ala dengan penetapan yang sesuai dengan keagungan-keagungan-Nya.

Sedang interpretasi kata istiwa’ menurut ulama Salaf adalah istaqarra = menetap, ‘alaa = tinggi, irtafa’a = tinggi, dan sha’ada = naik.

Ulama Salaf menginterpretasikan kata tersebut dengan arti-arti di atas, tidak melampaui batas dan tidak menambah dari (semestinya).

Tidak pernah ada dalam interpretasi
Salaf (kata istiwa’) dengan arti: Istaula = menguasai, atau malaka = menguasai/m/memerintah, dan atau qahara = menundukkan/ mengalahkan.

- Kaifiyyahnya tidak diketahui, maka tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah.
- Mengimani hal ini wajib karena terdapat beberapa dalil yang mendasarinya.
- Menanyakan tentang hal tersebut adalah bid’ah, karena kaifiyyah istiwa’
Allah.tidak ada seorang pun yang mengetahui, kecuali Dia. Selain itu juga
karena para Sahabat Nabi tidak ada yang bertanya kepada Rasulullah
tentang kaifiyyah istiwa’ Allah.

[3]Yaitu, secara berurutan:
surat (al-A’raaf: 54), (Yunus: 2), (ar-Ra’d: 9), (Thaahaa: 5), (al-Furqaan: 59), (as-Sajdah: 4), dan (al-Hadiid: 4).

[4]Imam al-Hafizh Ishaq bin Rahawih rahimahullah berkata tentang ayat ini:

_"Para ulama bersepakat bahwa Dia bersemayam di atas ‘Arsy dan mengetahui segala sesuatu di bawah lapisan bumi yang tujuh."_
*Diriwayatkan oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Al-‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffaar.*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Isim Jamid

Model Indonesia yang Berani Foto Seksi

Hukum dan Adab Istinja